Sajak Cinta - Sedih - Kecewa (puisi pendek)
|Candu|
Aku mendapat isyarat dari langit, sehari sebelum kau masuk menghuni rongga dadaku. Saat itu aku sungguh tak peduli namun, yang terjadi sekarang sungguh amat sangat menyesakkan. Mungkin sekarang kau sudah menjadi sebuah candu yang amat mematikanku. Bagaimana mungkin, kau yang kini telah hilang tetap jadi bagian yang amat ku rindukan.
«««««««««««««««««««««««««««««««««««
Kutimang seraut wajah dalam kehening malam. Berbinar bola mata merindu dirimu nan jauh disana. Potretmu diam membisu tanpa sepatah kata. Merajam jiwa dikala rinduku bergelora.
........................................................................
Sesungguhnya, bagi siapapun yang pernah menyakiti hati seseorang, tiap - tiap langkahnya akan dikutuk dengan dosa - dosa.
........................................................................
Ada yang harus dilupakan untuk tau rasanya lega. Dan ada yang harus ditinggalkan untuk tau rasanya sesal.
........................................................................
Jikalau engkau adalah buku, biarkan aku menjadi pena. Agar bersama - sama kita bisa menggoreskan cerita, untuk dongeng anak cucu kita.
««««««««««««««««««««««««««««««««««««
|SIMPUL|
Disaat sendirii, aku tuliskan bait - bait kata, walaupun mungkinn tak indah.
Gugur terinjak, perih dan hampir tak sanggup menahan sembilu dalam jiwa.
Sukma ini seakan terhanyut kedasar jurang dan melayang seperti kapas yang jatuh tak tau arahh.
Padaa awan biru kumulaii menyusun kata - kata, kutatap lagi langit cerah, kukhayalkan semua cerita.
Apakah aku terlalu terbawa renungan jiwa, hingga menusuk jauh kedalam relung kalbu. Aku seperti terhempas layak daun yang usang tak berharga.
Aku sadari siapalah aku ini, hanya bisa mengaduh pada kiasan ilusi. Aku tak tau harus katakan pada siapa, ku tau mereka yang mendengar seakan tersenyum. Senyum yang banyak arti kasihan, atau malah tertawa.
Pengarang : Muhammad Iqbal Khair
Komentar
Posting Komentar